Pages

Saturday, 5 July 2014

Drama Korea Princess Hours "Goong" Full Episode


Pemeran :
Yoon Eun Hye as Shin Chae-Kyeong ( 신채경 )
Joo Ji Hoon as Lee Shin ( 리 ì‹  )
Kim Jeong Hoon as Lee Yul ( 리 율 )
Song Ji-hyo as Min Hyo-rin ( 민효린 )

Terjadi pada abad ke-21 di mana Korea Selatan memiliki keluarga kerajaan sejak tahun 1945 sampai sekarang. Drama ini berkisar pada kehidupan Pangeran Mahkota (Hwangtaeja) Lee Shin, dan pengantin barunya, Chae-kyeong. Keluarga kerajaan yang digambarkan dalam drama ini dimodelkan sesuai dengan keluarga kerajaan terakhir dari Korea, yang pada kenyataannya memerintah sampai awal Pendudukan Jepang pada tahun 1910 dan tidak diaktifkan kembali setelah Jepang menyerah pada Perang Dunia II (1945).

Friday, 4 July 2014

Princess Hours "Goong" Episode 4




Telepon di apartemen Yeol berdering. Yeol yang baru saja pulang berbelanja bergegas untuk mengangkatnya. Ternyata Ibunya yang menelpon. Ibunya bilang dia menyaksikan upacara pernikahan Shin melalui siaran tv. Ibunya bertanya kenapa dia tak melihat Yeol ada di antara mereka. Yeol bilang pasti akan susah mencari sebuah jarum yang terjatuh di lautan luas. Ibunya tertawa mendengarnya. Ibunya bilang kalau besok dia akan meninggalkan Inggris. Yeol senang sekali mendengarnya dan mencatat jadwal kepulangan ibunya agar dia tak lupa.

“Bersabarlah sebentar lagi, Yeol. Kita tunjukkan pada mereka yang tlah membuang kita bahwa kita masih hidup dan baik-baik saja. Yang telah membuat kita menderita, sementara mereka hidup dengan nyaman. Ini saatnya bagi kita untuk menunjukkan pada mereka agar mereka bisa merasakan penderitaan kita hingga menangis darah. Jangan khawatir, Yeol. Ibu akan mengatasi semuanya. I miss u” ucap Ibu Yeol dengan dingin. “I miss u too” jawab Yeol yang sedari tadi hanya diam sambil menutup teleponnyaa.

Putra mahkota hidup di istana bagian timur yang terbagi menjadi dua tempat. Yang aslinya hanya ada bangunan Sa Yang Dang. Tapi kemudian, dibangun bangunan ala barat yang dibagi menjadi dua bagian. Sa Yang Dang sekarang hanya dipakai untuk tempat belajar putra mahkota.

Dan bangunan ala barat yang terbagi jadi dua bagian itu, sekarang adalah tempat tinggal Putra Mahkota. Diantara kedua bangunan itu terdapat halaman yang luas di tengah-tengahnya. Di bangunan yang satu ditempati oleh Putra Mahkota dan bangunan di sisi yang lain ditempati oleh Putri Mahkota. Chae-gyeong dibawa ketempat itu saat upacara Tong Ne selesai.

Chae-gyeong masuk ke dalam ruangan yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama kedua orang dayang yang selama ini selalu bersamanya. Chae-gyeong senang sekali dengan perabotan serba mewah dan nyaman yang ada di situ.
****

Untuk download silahkan KLIK DISINI

Dan Download juga Episode Sebelumnya




Thursday, 3 July 2014

Princess Hours "Goong" Episode 3



Chae-gyeong sampai di istana. Para dayang sudah mennatinya dan mengiringinya masuk. Seorang dayang kepala, Choi Sang-gung menjelaskan pada Chae-gyeong. Ini adalah istana Eun-yeong. Yang dibangun 140 tahun yang lalu. Di mana di tempat inilah pada tahun 1866 Ratu Myeong-seong belajar. Istana ini punya arti yang sangat mendalam. Dayang kepala mengucapkan selamat pada Chae-gyeong karna bisa belajar di tempat ini. Chae-gyeong sama sekali tak mengerti apa maksud perkataan dayang itu karna sedari tadi dia gugup.

Dua orang dayang masuk sambil memebawa bertumpuk-tumpuk buku yang diletakkan di sebelah Chae-gyeong. Dayang kepala berkata kalau buku-buku itu adalah abhan pelajaran yang harus dipelajari oleh Chae-gyeong. Chae-gyeong kaget sekali melihatnya.. Tapi kemudian Chae-gyeong pun mulai belajar. Dia belajar dengan santai. Chae-gyeong mengeluh, kalau harus mempelajari semua ini, lama-lama dia bisa gila. Wakkkkkk…..

Tiba-tiba Ratu datang mengunjungi Chae-gyeong yang ternyata sedang tertidur. “Bagaimana bisa kami mengajari gadis seperti ini. Maafkan kami, Yang Mulia. Padahal saya sudah bilang pada bawahan saya untuk menjaganya.” kata Choi Sang-gung. Dua orang dayang mencoba membangunkan Chae-gyeong, tapi Chae-gyeong tak mau dibangunkan. “Ibu, aku masih ingin tidur” kata Chae-gyeong dalam igauannya. Ratu tersenyum mendengarnya dan meminta mereka untuk membiarkan Chae-gyeong tidur, karna ini hari pertama Chae-gyeong di istana. Dan mungkin juga karna beberapa hari terakhir ini Chae-gyeong susah tidur.

Ratu berkata pada dayang kepala agar Chae-gyeong jangan sampai salah melakukan semua hal yang harus dilakukannya dalam upacara pernikahan kerajaan. Chae-gyeong banyak melakukan kesalahan, jadi Ratu meminta Choi Sang-gung untuk melatih Chae-gyeong dengan baik untuk menjadi seorang putri. Dan untuk kedepannya, biarkan dia menyadari kalau istana itu ada banyak aturannya.

“Perhatikan dengan baik semua yang dia pelajari dan tulislah apapun yang terjadi baik hal yang salah ataupun hal yang benar saat dia berlatih. Aku tahu kau punya kemampuan yang bagus untuk menangani masalah seperti ini” kata Ratu. Choi Sang-gung mengangguk menyanggupi perintah itu.

Chae-gyeong bersembunyi dari ke dua dayang yang diperintahkan untuk menjaganya. Kedua dayangnya bingung karna tak dapat menemukan Chae-gyeong. Sementara Chae-gyeong malah menertawakan mereka. Mereka berdua sangat ketakutan karnanya. Chae-gyeong berjalan mundur sambil menertawakan mereka. Tapi saat berbalik dia terkejut karna Choi Sang-gung ada di hadapannya.

“Apa yang sebenarnya kalian berdua lakukan!” teriak Choi Sang-gung marah pada kedua dayang bawahannya itu. Chae-gyeong berusaha membela kedua dayangnya dan berkata bahwa semua ini salahnya. Tapi suaranya tak di dengarkan. Apapun kesalahan Chae-gyeong, semuanya pasti berasal dari kedua dayangnya yang tak bisa menjaga Chae-gyeong denga benar. Ribet banget aturan istana. Hfuuuuuuuh…………

Choi Sang-gung bilang kalau Dae Rae Bok (Pakaian untuk Upacara Besar) untuk Chae-gyeong sudah selesai. Hanya tinggal mengepas nya saja. Chae-gyeong baru sekarang mendengar kata Dae Rae Bok. Chae-gyeong tak mengerti karnanya. Dayangnya bilang, Chae-gyeong akan mengerti kalau Chae-gyeong ikut dengan mereka. Chae-gyeong tak berani macam-macam lagi, dia ikut kemana kedua dayangnya membawanya pergi.

Sementara itu di kediamannya. Ibu Suri sedang menulis puisi mengenang suaminya. Kemudian Ibu Suri memandangi foto keluarganya dan bertanya pada salah seorang dayang kepala senior istana Seo Sang-gung, apakah ada kabar dari Hye-jeong, ibu Lee Yeol. Seo Sang-gung berkata kalau Ibu Yeol masih harus menyelesaikan sesuatu di Inggris, jadi dia belum bisa pulang sekarang. Besok adalah hari besar bagi Keluarga Kerajaan, pasti akan sangat menyenangkan jika seluruh keluarga berkumpul, begitulah keinginan Ibu Suri. Seo Sang-gung berkata, Ibu Yeol pikir sekarang ini bukan saat yang tepat untuknya kembali ke Korea.

Ibu Suri membelai foto keluarga Yeol dengan lembut. “Tiba-tiba terpisah jauh dari suaminya karna kematian, pasti membuatnya sangat terpukul. Dia seorang Ratu, tapi harus di usir dari istana karna peraturan hukum. Dia pasti sangat menderita dan sakit hati” kata Ibu Suri dengan penuh kesedihan. “Ya, Yang Mulia. Saat Putri Hye-jeong berpikir tentang suaminya, dia merasa sangat terluka” jawab Seo Sang-gung.

******

Untuk lebih jelasnya lagi SILAHKAN DOWNLOAD DISINI

Download juga episode sebelumnya


Wednesday, 2 July 2014

Princess Hours "Goong" Episode 2


Chae-gyeong sedang mencoba menambahkan noda di rok-nya saat seorang dayang mengumumkan kedatangan Ratu. Maksud Chae-gyeong agar noda teh itu seperti motif alami di rok-nya. Tapi yang terjadi, malah warnanya jadi ga karuan. Ckckck…benar-benar ide yang buruk.

Chae-gyeong menyambut kedatangan Ratu. Ratu menyuruh Chae-gyeong untuk duduk. Mereka duduk berhadapan. Ratu menerapkan potongan medali yang dibawa Chae-gyeong dengan potongan medali peninggalan mendiang Raja, suami dari Ibu Suri yang sudah meninggal. Kedua potongan medali itu pun jadi sebuah medali yang utuh.

“Maksudku mengundangmu ke istana adalah untuk mendengarkan pendapatmu tentang perjodohan ini” kata Ratu. “Ya, Hwanghu Mama” jawab Chae-gyeong terbata-bata. “Ini adalah janji yang dibuat oleh mendiang Raja dengan Kakekmu. Apa yang kau pikirkan tentang hal ini? Kau pasti merasa ini sangat berat untukmu karma kau masih sekolah, kan?” tanya Ratu. “Ya….Yang Mulia” jawab Chae-gyeong malu-malu.

“Sebagai seorang calon mempelai, kau harus hormat pada orang yang lebih tua dan memberikan banyak anak untuk kami. Tapi ini adalah pernikahan yang sangat penting yang pasti takkan mudah untuk dijalani” kata Ratu. Chae-gyeong agak gugup mendengarnya. “Sebenarnya, aku dating untuk mengatakan kalau aku setuju untuk menikah” jawab Chae-gyeong sambil menunduk lesu. Ratu memandang seakan tak percaya pada Chae-gyeong. “Benarkah? Kupikir kau sangat menentang hal ini” kata Ratu. “Jika semuanya lancer, bolehkah aku meminta sesuatu?” tanya Chae-gyeong. “Apa itu?” Ratu balik bertanya.

“Ini satu-satunya pilihan yang ku punya. Anda mungkin sudah tahu keadaan keluargaku. Ayahku seorang pengangguran dan Ibuku hanya seorang sales asuransi” cerita Chae-gyeong. “Lalu…?” tanya Ratu lagi. “Jadi kupikir, jika orangtuaku yang menderita bisa berubah jadi nyaman…” lanjut Chae-gyeong. “Kurasa kau ingin mendapat sebuah imbal balik untuk persetujuanmu itu. Kau sepertinya lebih pintar dari yang kubayangkan” sindir Ratu. Chae-gyeong gugup mendengar kata-kata Ratu yang sinis. “Apa kau ingin membuat suatu perjanjian dengan pernikahan ini?” lanjut Ratu. “Ini bukan suatu perjanjian, tapi hanya sebuah permohonan” jawab Chae-gyeong agak ketakutan. “Ini bukanlah sesuatu yang harus kau campuri. Karna kau akan menjadi bagian dari Keluarga Kerajaan, keluargamu akan menerima banyak hal yang bisa mengembalikan reputasi keluargamu” kata Ratu kemudian.
******

Untuk Lebih jelasnya lagi Silahkan Download Disini

Donload juga Episede Sebelumnya
Princess House "Goong" Episode 1

Tuesday, 1 July 2014

Princess House "Goong" Episode 1



Di sekolah, dua orang teman Chae-gyeong, Sun-yeong dan Hee-sung sedang asyik mengamati sebuah buku yang berisi tentang biodata anggota keluarga kerajaan. Mereka sedang mengagumi ketampanan Pangeran Shin. Tiba-tiba Shin Chae-gyeong merebut buku itu hingga akhirnya mereka bertiga berebut buku itu sampai akhirnya buku itu sobek. Tentu saja Sun-yeong marah besar pada Chae-gyeong.

Shin Chae-gyeong adalah seorang gadis ceria yang bersekolah disini mengambil jurusan desain. Seperti yang tadi sibuk dibicarakan oleh teman-teman Chae-gyeong, Pangeran. Pangeran apa? Kalian pasti berpikir kalau dia adalah seorang laki-laki dari kelas atas kan?

Sunday, 27 April 2014

Berisikkk!!!!!!!!!


mobavatar.com
Satu, dua, tiga, empat.. Ah aku tak sanggup menghitung lagi berapa jumlah orang yang datang. Yang aku lihat hampir semua meja penuh dengan makhluk yang bernama manusia. Malam sudah tak awal lagi, melainkan sudah menunjukkan angka 00:54 malam. Ini sudah tengah malam lewat dan sudah beberapa menit lagi hampir menujukkan angka 1. Tidak ada wanita disini, ya mungkin karena ini negeri syariat, para perempuan sadar akan batas-batas keluar malam. Mungkin.

Disini penuh dengan pemuda dengan cangkir yang berisi kopi di atas meja di depannya, sambil bermain dengan laptop, entah ia mengerjakan tugas atau hanya membuka media sosial untuk berintaksi dengan sahabat maya, atau hanya sekedar bermain game. Entahlah, biarkan mereka sibuk dengan tugasnya masing-masing, dan biarkan aku sibuk dengan urusanku.

Tuesday, 22 April 2014

Ditengah Gerimis Malam Ini

Gerimis turun membasahi bumi ku berpijak.
Rintiknya turun membasahi genteng rumah ini, dia dan mereka..
Bocah kecil, bermain dengan gembira, diterangi oleh lampu neon diteras ini..
Sesekali ia tetawa senang bahagia,,
bahagia menikmati malam dengan sejuta keindahan.

Tuesday, 15 April 2014

Rindu (2)

Rindu ini benar2 tak bertuan
di tengah kabut dingin sang malam.
Hati bagai berbisik, mengingat kisah 3tahun silam
lalu haruskah aku bercerita kepada sang bintang malam ini..
Atau bercerita dgan kata2
malam memang tak berbintag, kala mega menutupi sang langit..
Dari balik jendela kaca aku bercerita di tengah kegalauan malam


Sunday, 6 April 2014

Gerimis Malam dalam Ketakutan

shahibu.blogspot.com
Geleduk terdengar keras diatas sana,
Mendekam dalam ketakutan yang luar biasa,
Gelap dalam kelap lampu yang tak menyala
Angin kencang di tambah rintik hujan walau hanya sejenak
Ia mendesau bagaikan bernyanyi dengan irama alam
Sejenak dalam ketakutan yang di susul dengan keributan angin yang melambai-lambaikan dedaunan malam
Angin, ia menggerakan rambutku yang tak terurai
Ia berlalu sejenak, kemudian reda dengan gerimis malam yang mendekam dengan ketakutan

Monday, 31 March 2014

Coretan Malam

Sumber sleboroze.blogspot.com/
Jalanan penuh dengan lalu lalang kendaraan, Angin bergerak mendayu sempurna. Ia membisikan kesejukan. Dingin malam menyapa. Seorang pemuda duduk manis menunggu dagangannya habis, sambil menunggu pelanggan datang, ia rehat sejenak di bawah tenda yang di buatnya. Ia hanya penjual nasi goreng di pinggir jalan. Tak jauh dari situ berjejer kendaraan terparkir rapi, Aku duduk di sebuah ruangan ini sejak dua jam yang lalu. Kini aku merasa jenuh dengan tugas yang belum kelar.

"jaringan sialan" Kata itu keluar mulus dari bibirku. Mungkin itu ucapan kekesalan karena jaringan wifi yang tidak stabil.

Sambil menunggu aku memperhatikan di sekitar, di sampingku duduk dua orang pemuda yang tidak aku kenal sama sekali, dan di belakangku juga duduk beberapa orang dengan teman-temannya, dan aku juga tidak mengenal mereka. Mereka hanya pengunjung sama sepertiku. Sambil menikmati secangkir kopi sanger panas, mereka terlihat tertawa lepas, begitu bahagia.

Tuesday, 18 February 2014

Hujan..

Lama tak kurasakan
bulir-bulir indahNya
yang turun membasahi sudut-sudut kota ini,
malam ini kembali ku rasakan kesejukan jiwa.
Menemani malam yang indah
dalam lelap yang penuh dengan kedamaian...

Thursday, 6 February 2014

Dekil..

Matahari sudah mulai terik ketika ku melangkahkan kaki keluar dari kamar ini. Sebelumnya aku sudah mempunyai janji dengan teman kampus tepat jam 10 pagi, namun aku sengaja datang terlambat dengan alasan untuk memperbaiki sedikit tentang proposal penelitian skripsi yang sedang ku kerjakan. Aku berfikir, palingan dia juga belum datang. Dan tepat jam10:53 aku menerima sebuah sms yang datang dari orang yang sudah aku kenal. Ya dia adalah seorang teman yang sedang menungguku di kampus.

Aku terus bergerak siap-siap, karena ku fikir sudah telat lalu aku langsung bergegas menuju ke kampus dengan tanpa mandi di pagi ini. Air rasanya terasa dingin sekali pagi ini, rasanya tidak ingin tersentuh oleh air yang jernih pagi ini. Hemm, biarkan sajalah, kan tidak selamanya manusia bersih, ada kalanya juga mereka berpura-pura bersih padahal di belakangnya tersimpan dekil-dekil kotoran yang melekat padanya. Ah lupakan saja hal itu..

Waktu...

Begitu banyak telah ku lewatkan,
Begitu banyak sudah ku sia-siakan..
Dengan tanpa ku sadari, setiap detik berjalan meninggalkan ku.
Dan mereka sudah menjadi masa lalu yang baru terjadi
Waktu, Andai aku mengerti
Kau berlalu tanpa ku kutahui..
Di sini aku terus mencari sesuatu yang tak pernah ku ketahui..

Wednesday, 5 February 2014

Ajal!!

Terbaring lelah di atas kasur nan empuk
Angin mendayu masuk dari celah jendela
menatap langit cahaya terik matahari..
mata berkunang-kunang, buram. Seolah tertidur pulas
hingga tiba sosok bayangan putih yang datang mengakiri hidup ini


Sunday, 2 February 2014

Selesaikan Sekarang

budak-anne.blogspot.com

Langkah kaki terdengar dengan pasti, ia menuju suatu tempat yang telah di sepakiti sebelumnya. Bahkan ia, gegap gembita berjalan dengan pasti. Tak ada keraguan lagi baginya menuju tempat itu, disana telah duduk banyak pengunjung, matanya melirik dengan pasti, mencari sosok yang telah membuat janji dengannya. Akhirnya matanya tertuju pada dua orang pria yang duduk di tengah warung kopi. Langkahnya dengan pasti menuju dua pemuda itu. Satu adalah orang yang dikenalnya, Fuad, yang menyuruh dia datang kemari untuk menemuinya, dan satu lagi adalah teman dari Fuad. Ia langsung memilih duduk didepan kedua pemuda itu Fuad dan Ikram. Di depan mereka sudah ada dua cangkir minuman kopi hitam dan sanger (kopi susu).
"Hei, Gam. Lama kali ko datang, capek awak tunggu" Fuad memulai percakapan karena keterlambatan kedatangan Agam ketempat yang telah di sepakati.
"Maaf broe, maklum saja, ane jalan kaki tadi, hehehe" dengan sedikit cengingisan Agam menjawab dengan sedikit tawa di bibirnya.

Wednesday, 15 January 2014

Waktu

Oleh : Rahmat Amien

Panas, gerah. Itulah kesan hari ini yang begitu membuat badan begitu capek. Apalagi dengan ngatri selama tiga jam hanya untuk mengujukan judul skripsi yang membuat kepala ini pecah.

“hari ini, pak Ham rame juga pasiennya ya” ujar Sari, yang duduk di sebelahku.

“hahhaa, lumayan juga kata ku. Di dalam aja ada 6 orang, belum lagi yang di luar lagi pada ngantri” ujarku seadanya.

“laelah. Kapan kita siap ni. Udah jam berapa coba?” sambil menujukkan jam tangannya di lengan kanan Sari. Dan aku pun merogeh kantong mengambil handphone melihat angka yang tertera di sana.

“udah jam setengah 5 ni. Aku shalat dulu ya” ujarku pada Sari.

“Ok” balasnya sambil tersenyum.

Secepat kilat aku berlari menuju mushala yang berjarak sekitar 100 meter di depan ku. Dengan nafas ngos-ngosan akhirnya aku tiba di depan Mushalla. Namun aku mendapat sial hari itu. Mushallanya ternyata terkunci, dan aku tidak bisa masuk kedalam untuk menunaikan Shalat Ashar yang tertunda. Dengan cepat aku memutar otak memikirkan di mana mushalla terdekat di sini. Akhirnya aku kembali berlari menuju kampus Kedoteran Hewan yang tidak berada jauh dari tempatku berada sekarang. Aku terus berlari bagaikan di kerjar oleh harimau yang siap menerkam di belakangku. Dalam 2 menit akhirnya aku tiba di mushalla terdekat 
kampusku yang hanya berjarak 300 meter.
Dengan penuh keringat dan wajah ngos-ngosan, aku berlari kecil menuju tempat wudhu untuk membasahi anggota badan, sebelum menunaikan ibadah shalat Ashar yang belum ku tunaikan. Meski pun ini belum telat, namun aku merasa berat dalam hati jika tidak berjamaah di masjid seperti yang sering aku kerjakan selama ini. Namun inilah perjuangan ku untuk hari ini yang melelahkan badan dan fikiranku ini.

Waktu terus berjalan dengan detik-detik jarum jam yang terus berputar pada porosnya. Meningalkan angka demi angka dengan pasti. Hingga aku selesai menunaikan kewajiban ku sebagai lelaki muslim, sore ini. Mentari masih dengan teriknya menyinari bumi ini. Dan aku kembali berlari menuju kampus dengan jarak 300 ratus meter di depan, berharap Sari masih menunggu ku di depan sana untuk konsul judul skripsi.

Ketika sampai di kampus aku tidak melihat lagi batang hidung Sari yang tadi duduk di depan prodi menunggu antrian. Lalu ku rogeh saku celana, untuk sekedar bertanya dengan mengetik pesan singkat kepada Sari. Namun di layar handphone tertera dengan jelas sebuah nama yang sudah tidak asing lagi “Sari Nurmala”. Dengan segera aku membaca isi pesan yang di kirimkan oleh Sari.

“Gam. Aku pulang duluan ya. Gak sanggup tunggu lagi ni. Udah hari panas lagi” itulah isi pesan singkat yang di kirim oleh Sari kepada ku sekitar 2 menit yang lalu, yang tidak aku ketahui sama sekali. Mungkin ketika aku sedang berlari tadi, makanya aku tidak merasakan ada SMS masuk, apalagi handphone Samsung Young yang ku gunakan aku silent sebelum aku menunaikan ibadah shalat Ashar tadi. Lalu dengan cepat aku me-replay pesan dari Sari.

“ya. Aku sendirian ni, gak ada kawan. Yaudahlah hati-hati di jalan ya J”

Dengan hati yang sepi, aku menunggu antrian yang begitu panjang ini. Dan akhirnya tibalah giliranku, setelah menunggu selama dua jam setengah. Aku masuk ke ruangan tersebut jam 17:42, sekitar 18 menit lagi ketua jurusan akan mengakhiri konsul bimbingannya hari ini. Dan pak Ham mengatakan, bagi yang tidak sempat lagi hari ini silahkan pulang dan datang lagi hari Sabtu. What hari Sabtu? Aku harus menunggu lagi selama 5 hari untuk konsul. Dengan hati sedikit dongkol sebagian yang tidak sempat konsul dengan pak Ham melangkahkan kakinya keluar ruangan, dan masih ada beberapa di antara mereka yang nekat menunggu.

“maaf pak, saya mau mengajukan judul. Ini sudah di ACC sama buk Dewi.”

“tidak ada tanda tangannya kok, mana buktinya di ACC”

“maaf pak, saya konsulnya via email, buk Dewi terlalu sibuk untuk saya jumpai”

“ok, sabtu tanggal 18 januari kamu kesini lagi ya. Dan silahkan catat nomor handphone kamu” sambil menyodorkan kertas usulan judul yang barusan aku kasih ke kajur di atasnya tertulis, Jadwal konsul Sabtu, 18 Januari 2014. Jam 9 pagi. Lalu dengan sigap aku mengambil kertas yang di berikan oleh pak Ham dan mencatat nomor handphone.

“terima kasih pak, saya permisi dulu” pak Ham hanya tersenyum mendengarnya, lalu aku keluar melewati pintu. Dan kembali satu orang masuk menjumpai pak Ham. Kayaknya kakak itu mau ACC skripsi, karena wisuda hanya beberapa minggu lagi, dan sudah tak sabar untuk segera sidang skripsi.

Hatiku bercampur senang dan kesal. Karena harus menunggu 5 hari lagi untuk konsul judul saja. Mengapa tidak besok atau lusa saja, biar aku cepat pulang ke kampung halaman. Ini karena sudah enam bulan aku tidak pulang ke kampung halaman, hatiku ini seperti di panggil-panggiluntuk segera pulang ke sana. Namun inilah resiko yang harus di hadapai. Dan ini sepenuhnya salah ku, kenapa tidak dari seminggu yang lalu aku menjumpai pak Ham, dan tentunya tidak seperti ini, lagi pula buk Dewi sudah me-replay email yang ku kirim tanggl 5 januari lalu.