Gerimis turun membasahi bumi ku berpijak.
Rintiknya turun membasahi genteng rumah ini, dia dan mereka..
Bocah kecil, bermain dengan gembira, diterangi oleh lampu neon diteras ini..
Sesekali ia tetawa senang bahagia,,
bahagia menikmati malam dengan sejuta keindahan.
Showing posts with label hujan. Show all posts
Showing posts with label hujan. Show all posts
Tuesday, 22 April 2014
Tuesday, 18 February 2014
Hujan..
Lama tak kurasakan
bulir-bulir indahNya
yang turun membasahi sudut-sudut kota ini,
malam ini kembali ku rasakan kesejukan jiwa.
Menemani malam yang indah
dalam lelap yang penuh dengan kedamaian...
bulir-bulir indahNya
yang turun membasahi sudut-sudut kota ini,
malam ini kembali ku rasakan kesejukan jiwa.
Menemani malam yang indah
dalam lelap yang penuh dengan kedamaian...
Sunday, 2 February 2014
Selesaikan Sekarang
![]() |
budak-anne.blogspot.com |
Langkah kaki terdengar dengan pasti, ia menuju suatu tempat yang telah di sepakiti sebelumnya. Bahkan ia, gegap gembita berjalan dengan pasti. Tak ada keraguan lagi baginya menuju tempat itu, disana telah duduk banyak pengunjung, matanya melirik dengan pasti, mencari sosok yang telah membuat janji dengannya. Akhirnya matanya tertuju pada dua orang pria yang duduk di tengah warung kopi. Langkahnya dengan pasti menuju dua pemuda itu. Satu adalah orang yang dikenalnya, Fuad, yang menyuruh dia datang kemari untuk menemuinya, dan satu lagi adalah teman dari Fuad. Ia langsung memilih duduk didepan kedua pemuda itu Fuad dan Ikram. Di depan mereka sudah ada dua cangkir minuman kopi hitam dan sanger (kopi susu).
"Hei, Gam. Lama kali ko datang, capek awak tunggu" Fuad memulai percakapan karena keterlambatan kedatangan Agam ketempat yang telah di sepakati.
"Maaf broe, maklum saja, ane jalan kaki tadi, hehehe" dengan sedikit cengingisan Agam menjawab dengan sedikit tawa di bibirnya.
Label:
Ceritaku,
Coretan Malam,
Coretan Penaku,
hujan
Tuesday, 20 August 2013
Hujan dalam Ingatan!
Sengin kala hujan turun.
Aku terpaku dalam kehangatan selimut ini,
Hujan turun deras membasahi tanah-tanah yang dulu kering.
Suaranya begitu lantang memecahkan suasana.
Tik tik tik terdengar dengan keras dari atas genteng rumahku.
Ya hujan, setiap kali ia turun menyapa bumu.
Selalu ada kerinduan yang menyapa.
Kerinduan masa kecil yang indah
Menuai kisah dalam kehangatan,
Hujan bagaikan elegi yang bersimponi kerinduan
meski batin kini nelangsa
namun mata sudah sayu dalam kedinginan dan keheningan malam
dan aku pun tertidur pulas
bermimpi mengenang dan kembali ke masa yang tak bertepi
kisah manis, menanti senja di ujung sungai
kembali-kembali berputar-putar dalam kisah
ah, biarkan ku akhiri saja mimpi ini,
terlalu lemas batin ini mengenang kenangan manis yang sudah menjadi sejarah
August 19, 2013 at 8:33pm
Aku terpaku dalam kehangatan selimut ini,
Hujan turun deras membasahi tanah-tanah yang dulu kering.
Suaranya begitu lantang memecahkan suasana.
Tik tik tik terdengar dengan keras dari atas genteng rumahku.
Ya hujan, setiap kali ia turun menyapa bumu.
Selalu ada kerinduan yang menyapa.
Kerinduan masa kecil yang indah
Menuai kisah dalam kehangatan,
Hujan bagaikan elegi yang bersimponi kerinduan
meski batin kini nelangsa
namun mata sudah sayu dalam kedinginan dan keheningan malam
dan aku pun tertidur pulas
bermimpi mengenang dan kembali ke masa yang tak bertepi
kisah manis, menanti senja di ujung sungai
kembali-kembali berputar-putar dalam kisah
ah, biarkan ku akhiri saja mimpi ini,
terlalu lemas batin ini mengenang kenangan manis yang sudah menjadi sejarah
August 19, 2013 at 8:33pm
Label:
hujan,
hujan dalam ingatan,
puisiku
Monday, 28 January 2013
Salah Siapa?
Oleh Rahmat Amien
Segumpal awan hitam, menari ria di atas sana
mendung kelabu, mulai menutupi hari
dari cerah menjadi teduh
geluduk petir terdengar menakutkan
Rinai-rinainya kembali menyentuh badan ini
Dingin, dingin. Aku menggigil kedinginan
Hujan deras kembali mengguyur kota ini
Air semakin tinggi tak terbendung lagi
Bumm...
Suara bendungan pecah
Air begitu leluasa menghayutkan semua yang ada
Banjir... Banjir...
Teriakan-teriakan manusia yang ketakutan
Banjir menghantui mereka
Lalu salah siapa ini??
Haruskah, aku salahkan pemerintah?
Tidak. Tidak
Mereka yang salah
Manusia-manusia Apatis
Manusia-manusia Arogan
Yang tidak peduli dengan lingkungan
Sampah bertebaran dimana-mana
Hujan masih deras mengguyur kota ini
Namun air sedah setinggi betis
apa yang harus aku lakukan?
*Banda Aceh, 23 Januari 2013
Jam : 13:01
Segumpal awan hitam, menari ria di atas sana
mendung kelabu, mulai menutupi hari
dari cerah menjadi teduh
geluduk petir terdengar menakutkan
Rinai-rinainya kembali menyentuh badan ini
Dingin, dingin. Aku menggigil kedinginan
Hujan deras kembali mengguyur kota ini
Air semakin tinggi tak terbendung lagi
Bumm...
Suara bendungan pecah
Air begitu leluasa menghayutkan semua yang ada
Banjir... Banjir...
Teriakan-teriakan manusia yang ketakutan
Banjir menghantui mereka
Lalu salah siapa ini??
Haruskah, aku salahkan pemerintah?
Tidak. Tidak
Mereka yang salah
Manusia-manusia Apatis
Manusia-manusia Arogan
Yang tidak peduli dengan lingkungan
Sampah bertebaran dimana-mana
Hujan masih deras mengguyur kota ini
Namun air sedah setinggi betis
apa yang harus aku lakukan?
*Banda Aceh, 23 Januari 2013
Jam : 13:01
Label:
hujan,
puisiku,
salah siapa
Subscribe to:
Posts (Atom)